Surabaya
SURABAYA
– Kelurahan Sidotopo merupakan salah satu kelurahan yang ada di Surabaya utara.
Bertempat di kecamatan Semampir, kelurahan yang berlokasi dekat dengan jalan raya dan parkiran angkutan
umum dan bis. Sidotopo memiliki jumlah total 12 RW dan 96 RT. “Jumlah RT sama
RW nya itu ada 108, dengan rincian RW berjumlah 12 dan RT berjumlah 96” pungkas
lurah Sidotopo, Agus Prayitno.
Jalan
Arimbi merupakan salah satu daerah yang
ada di Sidotopo. Jalan yang berlokasi dekat dengan RPH (Rumah Potong
Hewan) memiliki tempat atau kandang sapi, dan tempat rongsokan. Akan terdengar
bahasa yang begitu khas dan tidak asing, yakni bahasa Madura.
Bahasa
Madura menjadi bahasa pergaulan dan percakapan sehari-hari warga Sidotopo.
Komposisi penduduk dari Sidotopo memiliki perbedaan yang cukup kentara. Etnis
Madura memiliki jumlah persentase yang sangat tinggi, berjumlah 95% dan sisa 5%
merupakan warga Jawa. Tak salah jika hampir bahasa keseharian mereka
menggunakan bahasa Madura. Dari mulai anak kecil hingga para lansia pun
menggunakan bahasa Madura sebagai bahasa percakapan mereka.
Warga
Sidotopo terbagi menjadi dua jenis, yakni warga tetap atau permanen dan warga
musiman atau non permanen. Warga
tetap sering kita sebut sebagai warga yang memiliki KK (Kartu Keluarga)
Surabaya, sehingga mereka menjadi warga kota Surabaya. Sedangkan warga musiman hanya
bertempat dan bekerja, tidak memiliki KK (Kartu Keluarga).
Warga
musiman (non permanen) pun kebanyakan
berasal dari etnis Madura. Tidak hanya satu atau dua tahun, bahkan ada yang
sampai 30 tahun. “Kerja disini, tapi ya gak mau untuk membuat KK Surabaya. Ngkok rembik madhureh, mateh madhureh, (saya
kan asal Madura, lahir disana meninggal juga disana)” ungkap salah satu warga
Sidotopo.
Alasan
warga musiman datang memang untuk bekerja dan mengadu nasib di kota Surabaya.
Mereka mencari uang dan memberikannya ke keluarga Madura mereka. Lain hal
ketika pemerintah kota Surabaya memberikan bantuan kepada warga Sidotopo,
mereka akan berbondong-bondong untuk membuat KK Surabaya. Hal ini yang sering
menjadi permasalahan warga Sidotopo. Bukan masalah yang krusial.
Meskipun
begitu, warga asli dan warga musiman dapat berkomunikasi dan berinteraksi
dengan baik, karena memang berasal dari etnis dan daerah yang sama. Dan juga
menggunakan bahasa yang sama, bahasa Madura. Pun antara warga Madura dan warga
Jawa tetap dapat menjaga kerukunan dan kekeluargaan, meskipun mayoritas
menggunakan bahasa Madura, mereka tetap menggunakan juga bahasa Jawa untuk
memperat hubungan antara warga dan juga etnis. “Kekeluargaan dan gotong
royongnya tinggi, bahasa Madura ya kental disini tapi saling menghargai satu
sama lain warga” ucap ketua RT 6 Marsudi.
Komentar
Posting Komentar